https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/issue/feedSCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual2024-06-03T10:08:43+08:00Febriaman Lalaziduhu Harefalp2mebenhaezer@gmail.comOpen Journal Systems<p><strong>FOKUS PENELITIAN : </strong>Teologi Perjanjian Baru, Teologia Perjanjian Lama, Teologi Sistematika, Pastoral Konseling, Sejarah Gereja, Kepemimpinan Kristen, Misiologi dan Pendidikan Agama Kristen.</p>https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/255Spirit Keugaharian Dalam 1 Timotius 6:6-19 vis a vis Sindrom Fear Of Missing Out Syndrome2024-03-26T10:43:19+08:00Nimarneymarflorist@gmail.comNofrianus Setiawannofrianussetiawan@gmail.comDesi Rendealladesirendeallarendealla@gmail.com<p>Artikel ini bertujuan untuk memberikan alternatif penyelesaian bagi fenomena sindrom FOMO. Sindrom FOMO merupakan kondisi psikologis ketika seseorang merasa takut ketinggalan, sehingga selalu berupaya untuk terhubung dengan informasi atau aktivitas orang lain. Sindrom FOMO mengakibatkan terjadinya masalah psikologis, konsumerisme, materialisme, gangguan konsentrasi atau fokus serta emosi negatif. Penulis menindaklanjuti masalah ini dengan mengkaji spirit keugaharian dalam teks 1 Timotius 6:6-19. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka serta analisis hermeneutik untuk mengkaji teks 1 Timotius 6:6-19. Penulis menemukan bahwa teks 1 Timotius 6:6-19 memberikan solusi bagi sindrom FOMO dengan mengembangkan sikap bergantung pada Tuhan sebagai sumber kelegaan, mengejar atau tidak tertinggal dalam implementasi nilai-nilai kebajikan Kristen, serta memahami pengelolaan materi melalui rasa cukup, sikap murah hati, dan tindakan berbagi. Berdasarkan temuan ini, penulis menyimpulkan bahwa gereja perlu menindaklanjuti fenomena sindrom FOMO melalui pembinaan yang berbasis pada spirit keugaharian.</p>2024-05-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 31-05-2024https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/246Paskah dalam Perspektif Kekristenan: Bukan Ritual Melainkan Kebenaran Bagi Orang Percaya2024-03-12T09:23:48+08:00Iwan Setiawanarlenrambosaja@gmail.comArumi F. Setyaning ChristiArumifr08@gmail.comMardi Kalikit Barabaramardi133@gmail.comArlen Rambu Sajaarlenrambosaja@gmail.comYersim Falloarlenrambosaja@gmail.com2024-05-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 31-05-2024https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/256Mengalami Kelahiran Baru Secara Natural 2024-03-25T10:50:26+08:00Desy Nataliadesy.natalia@sttekumene.ac.idAnwar Three Millenium Waruwuanwartm.waruwu@sttekumene.ac.idJemy Saleky Combijemycombi@sttekumene.ac.idJohanes Kurniawanjohanes.k@sttekumene.ac.id<p>Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses kelahiran baru, respons manusia terhadapnya, bukti-bukti, serta implikasi bagi orang percaya masa kini. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kelahiran baru melibatkan pertobatan dan kesediaan untuk mengikuti panggilan Tuhan, serta tercermin dalam transformasi karakter dan pertumbuhan rohani yang terus menerus. Implikasinya bagi orang percaya adalah pentingnya mengalami kelahiran baru sebagai bagian integral dari perjalanan rohani, untuk fokus pada kehidupan rohani yang kekal, dan untuk memastikan bahwa mereka mengenal Tuhan Yesus secara pribadi. Penelitian ini memberikan panduan bagi orang percaya untuk memperdalam persekutuan dengan Allah melalui pengalaman kelahiran baru dalam iman mereka.</p>2024-05-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstualhttps://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/254Kualifikasi Konselor dalam Konteks Pelayanan Misi Gereja di Era Industri 4.0: Analisis Berdasarkan 1 Timotius 3:1-72024-02-28T10:21:13+08:00Alnodus Jamsenjos Indirwan Ziliwualnodusziliwu@gmail.comMarkus Setiawan markus_bethlehem@yahoo.comYoula Martje Gosalyoulagosal@gmail.com<p>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis kualifikasi konselor menurut 1 Timotius 3:1-7 sebagai pedoman bagi gereja dalam menentukan penilik sebagai konselor, dengan harapan meningkatkan efektivitas pelayanan misi gereja dalam konteks Industri 4.0 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis literatur deskriptif terhadap teks 1 Timotius 3:1-7. Hasil penelitian mengungkapkan empat aspek penting. Pertama, kualifikasi sebagai penilik jemaat (1 Tim. 3:1-3) dianggap esensial. Kedua, pengalaman yang baik (1 Tim. 3:4-5) menjadi faktor penting dalam menentukan kualifikasi seorang konselor gereja. Ketiga, pentingnya pemulihan pribadi (1 Tim. 3:6) dalam menunjukkan kesediaan untuk memimpin dan melayani dengan integritas. Terakhir, menjadi teladan (1 Tim. 3:7) merupakan hal yang sangat penting bagi seorang konselor. Implikasi praktis dari temuan ini adalah bahwa penilik atau konselor yang memenuhi kriteria tersebut dapat secara signifikan meningkatkan kualitas pelayanan misi gereja. Dengan menerapkan syarat atau kualifikasi yang dijelaskan oleh Paulus dalam teks 1 Timotius 3:1-7, gereja dapat lebih terarah dalam memilih penilik atau konselor yang akan mendukung pelayanan misi mereka di tengah tantangan kompleks dalam era Industri 4.0 saat ini. Kesimpulannya, penerapan kualifikasi yang ditetapkan oleh Paulus dapat menjadi landasan yang kokoh untuk memperkuat dan memperbarui pelayanan misi gereja sesuai dengan tuntutan zaman.</p>2024-05-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 31-05-2024https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/154Teologi Agama Kristen di Dalam Masyarakat Indonesia Yang Pluralistik2023-09-20T10:33:20+08:00Fransius Kusmantofransius.30@gmail.com<p>Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui teologi agama kristen di Indonesia yang terus mengalami perkembangan dan untuk mengetahui tentang keberadaan Teologi kekristenan di tengah masyarakat yang pluralistik. Agama adalah konsep dimana seseorang menemukan yang dipercayainya. Dari pengertian agama itu sendiri bahwa agama adalah tidak kacau. Hidup tertib tanpa adanya permusuhan satu dengan yang lainnya. Namun nyatanya tidak demikian. Ada banyak orang yang bahkan memiliki agama hidupnya tidak tertib. Indonesia terdiri dari enam agama yaitu Kristen, Budha, Islam, Konghucu, Katolik dan Hindu. Perbedaan-perbedaan pasti ada dan itu tidak bisa di pungkiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan untuk menjelaskan keberadaan teologi kristen di tengah masyarakat yang pluralistik. Berdasarkan hasil yang diketahui ada tiga tindakan yang perlu dilakukan teologi kekristenan di tengah masyarakat yang pluralistik yaitu dengan cara mengadakan dialog dan membangun sikap toleransi serta bagaimana bersikap layaknya orang Kristen. Sikap Kekristenan di tengah masyarakat yang pluralistik menentukan penerimaan kehadiran yang seutuhnya. Tanpa sikap yang baik, penolakan akan mudah terjadi dan itu berdampak besar bagi kelangsungan hidup ditengah masyarakat Indonesia yang pluralistik.</p>2024-05-28T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstualhttps://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/271Tindakan Nikodemus Membela Yesus (Yohanes 7: 45-52) Dalam Perspektif Moral Immanuel Kant2024-05-16T10:04:50+08:00Alfian Tanggangalfiantanggang28@gmail.comAventinus Darmawan Hadutavendarmawan89@gmail.comArnoldus Yansen Koboavendarmawan89@gmail.com<p>Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tindakan Nikodemus dalam teks Yohanes 7:45-52 dari sudut pandang moral menurut Immanuel Kant. Dalam teks ini, Nikodemus melakukan pembelaan terhadap Yesus di hadapan orang-orang Farisi yang menuduh Yesus sebagai penyesat. Secara hukum, pembelaan Nikodemus memiliki pendasarannya dalam hukum taurat. Untuk itu, penulis memperdalam tindakan Nikodemus dari perspektif moral. Menurut Kant, baik buruknya suatu tindakan tidak dinilai berdasarkan tujuan atau akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut, melainkan berdasarkan kewajiban moral tindakan itu sendiri. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif, penulis menyimpulkan bahwa tindakan Nikodemus memuat nilai-nilai moral sesuai pandangan moral Kant. Hal ini tergambar dalam beberapa hal yakni imperatif kategoris, maksim universal, dan tindakan demi kewajiban. Pertama, tindakan Nikodemus membela Yesus di hadapan ketidakadilan adalah sebuah imperatif kategoris karena tindakannya baik di dalam dirinya sendiri. Kedua, tindakan Nikodemus membela Yesus di hadapan ketidakadilan adalah sebuah maksim formal yang sekaligus dapat menjadi maksim universal. Ketiga, tindakan Nikodemus membela Yesus di hadapan ketidakadilan adalah sebuah tindakan yang datang dari dalam diri Nikodemus, tanpa dorongan tertentu dari luar dirinya. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa tindakan Nikodemus membela Yesus di hadapan ketidakadilan orang-orang Farisi merupakan sebuah tindakan moral.</p>2024-05-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 31 Mei 2024