SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta <p><strong>FOKUS PENELITIAN : </strong>Teologi Perjanjian Baru, Teologia Perjanjian Lama, Teologi Sistematika, Pastoral Konseling, Sejarah Gereja, Kepemimpinan Kristen, Misiologi dan Pendidikan Agama Kristen.</p> en-US <p><a href="https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" rel="license"><img src="https://i.creativecommons.org/l/by-sa/4.0/88x31.png" alt="Creative Commons License" /></a><a href="https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/management/settings/&lt;a%20rel=&quot;license&quot; href=&quot;http:/creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/&quot;&gt;&lt;img alt=&quot;Creative Commons License&quot; style=&quot;border-width:0&quot; src=&quot;https:/i.creativecommons.org/l/by-sa/4.0/88x31.png&quot; /&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;This work is licensed under a &lt;a rel=&quot;license&quot; href=&quot;http:/creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/&quot;&gt;Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License&lt;/a&gt;."><br /><strong>SCRIPTURA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual</strong> is licensed under a </a><a href="https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" rel="license">Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License</a><a href="https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/management/settings/&lt;a%20rel=&quot;license&quot; href=&quot;http:/creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/&quot;&gt;&lt;img alt=&quot;Creative Commons License&quot; style=&quot;border-width:0&quot; src=&quot;https:/i.creativecommons.org/l/by-sa/4.0/88x31.png&quot; /&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;This work is licensed under a &lt;a rel=&quot;license&quot; href=&quot;http:/creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/&quot;&gt;Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License&lt;/a&gt;.">.</a></p> lp2mebenhaezer@gmail.com (Febriaman Lalaziduhu Harefa) ferdinanmarcos1994@gmail.com (Ferdinan Pasaribu) Mon, 03 Jun 2024 10:08:43 +0800 OJS 3.2.0.2 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Spirit Keugaharian Dalam 1 Timotius 6:6-19 vis a vis Sindrom Fear Of Missing Out Syndrome https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/255 <p>Artikel ini bertujuan untuk memberikan alternatif penyelesaian bagi fenomena sindrom FOMO. Sindrom FOMO merupakan kondisi psikologis ketika seseorang merasa takut ketinggalan, sehingga selalu berupaya untuk terhubung dengan informasi atau aktivitas orang lain. Sindrom FOMO mengakibatkan terjadinya masalah psikologis, konsumerisme, materialisme, gangguan konsentrasi atau fokus serta emosi negatif. Penulis menindaklanjuti masalah ini dengan mengkaji spirit keugaharian dalam teks 1 Timotius 6:6-19. Penulis menggunakan pendekatan studi pustaka serta analisis hermeneutik untuk mengkaji teks 1 Timotius 6:6-19. Penulis menemukan bahwa teks 1 Timotius 6:6-19 memberikan solusi bagi sindrom FOMO dengan mengembangkan sikap bergantung pada Tuhan sebagai sumber kelegaan, mengejar atau tidak tertinggal dalam implementasi nilai-nilai kebajikan Kristen, serta memahami pengelolaan materi melalui rasa cukup, sikap murah hati, dan tindakan berbagi. Berdasarkan temuan ini, penulis menyimpulkan bahwa gereja perlu menindaklanjuti fenomena sindrom FOMO melalui pembinaan yang berbasis pada spirit keugaharian.</p> Nimar, Nofrianus Setiawan, Desi Rendealla Copyright (c) 2024 31-05-2024 https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/255 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0800 Paskah dalam Perspektif Kekristenan: Bukan Ritual Melainkan Kebenaran Bagi Orang Percaya https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/246 Iwan Setiawan, Arumi F. Setyaning Christi, Mardi Kalikit Bara, Arlen Rambu Saja, Yersim Fallo Copyright (c) 2024 31-05-2024 https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/246 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0800 Mengalami Kelahiran Baru Secara Natural https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/256 <p>Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses kelahiran baru, respons manusia terhadapnya, bukti-bukti, serta implikasi bagi orang percaya masa kini. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kelahiran baru melibatkan pertobatan dan kesediaan untuk mengikuti panggilan Tuhan, serta tercermin dalam transformasi karakter dan pertumbuhan rohani yang terus menerus. Implikasinya bagi orang percaya adalah pentingnya mengalami kelahiran baru sebagai bagian integral dari perjalanan rohani, untuk fokus pada kehidupan rohani yang kekal, dan untuk memastikan bahwa mereka mengenal Tuhan Yesus secara pribadi. Penelitian ini memberikan panduan bagi orang percaya untuk memperdalam persekutuan dengan Allah melalui pengalaman kelahiran baru dalam iman mereka.</p> Desy Natalia, Anwar Three Millenium Waruwu, Jemy Saleky Combi, Johanes Kurniawan Copyright (c) 2024 SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/256 Tue, 28 May 2024 00:00:00 +0800 Kualifikasi Konselor dalam Konteks Pelayanan Misi Gereja di Era Industri 4.0: Analisis Berdasarkan 1 Timotius 3:1-7 https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/254 <p>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis kualifikasi konselor menurut 1 Timotius 3:1-7 sebagai pedoman bagi gereja dalam menentukan penilik sebagai konselor, dengan harapan meningkatkan efektivitas pelayanan misi gereja dalam konteks Industri 4.0 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis literatur deskriptif terhadap teks 1 Timotius 3:1-7. Hasil penelitian mengungkapkan empat aspek penting. Pertama, kualifikasi sebagai penilik jemaat (1 Tim. 3:1-3) dianggap esensial. Kedua, pengalaman yang baik (1 Tim. 3:4-5) menjadi faktor penting dalam menentukan kualifikasi seorang konselor gereja. Ketiga, pentingnya pemulihan pribadi (1 Tim. 3:6) dalam menunjukkan kesediaan untuk memimpin dan melayani dengan integritas. Terakhir, menjadi teladan (1 Tim. 3:7) merupakan hal yang sangat penting bagi seorang konselor. Implikasi praktis dari temuan ini adalah bahwa penilik atau konselor yang memenuhi kriteria tersebut dapat secara signifikan meningkatkan kualitas pelayanan misi gereja. Dengan menerapkan syarat atau kualifikasi yang dijelaskan oleh Paulus dalam teks 1 Timotius 3:1-7, gereja dapat lebih terarah dalam memilih penilik atau konselor yang akan mendukung pelayanan misi mereka di tengah tantangan kompleks dalam era Industri 4.0 saat ini. Kesimpulannya, penerapan kualifikasi yang ditetapkan oleh Paulus dapat menjadi landasan yang kokoh untuk memperkuat dan memperbarui pelayanan misi gereja sesuai dengan tuntutan zaman.</p> Alnodus Jamsenjos Indirwan Ziliwu, Markus Setiawan , Youla Martje Gosal Copyright (c) 2024 31-05-2024 https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/254 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0800 Teologi Agama Kristen di Dalam Masyarakat Indonesia Yang Pluralistik https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/154 <p>Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui teologi agama kristen di Indonesia yang terus mengalami perkembangan dan untuk mengetahui tentang keberadaan Teologi kekristenan di tengah masyarakat yang pluralistik. Agama adalah konsep dimana seseorang menemukan yang dipercayainya. Dari pengertian agama itu sendiri bahwa agama adalah tidak kacau. Hidup tertib tanpa adanya permusuhan satu dengan yang lainnya. Namun nyatanya tidak demikian. Ada banyak orang yang bahkan memiliki agama hidupnya tidak tertib. Indonesia terdiri dari enam agama yaitu Kristen, Budha, Islam, Konghucu, Katolik dan Hindu. Perbedaan-perbedaan pasti ada dan itu tidak bisa di pungkiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan untuk menjelaskan keberadaan teologi kristen di tengah masyarakat yang pluralistik. Berdasarkan hasil yang diketahui ada tiga tindakan yang perlu dilakukan teologi kekristenan di tengah masyarakat yang pluralistik yaitu dengan cara mengadakan dialog dan membangun sikap toleransi serta bagaimana bersikap layaknya orang Kristen. Sikap Kekristenan di tengah masyarakat yang pluralistik menentukan penerimaan kehadiran yang seutuhnya. Tanpa sikap yang baik, penolakan akan mudah terjadi dan itu berdampak besar bagi kelangsungan hidup ditengah masyarakat Indonesia yang pluralistik.</p> Fransius Kusmanto Copyright (c) 2024 SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/154 Tue, 28 May 2024 00:00:00 +0800 Tindakan Nikodemus Membela Yesus (Yohanes 7: 45-52) Dalam Perspektif Moral Immanuel Kant https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/271 <p>Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tindakan Nikodemus dalam teks Yohanes 7:45-52 dari sudut pandang moral menurut Immanuel Kant. Dalam teks ini, Nikodemus melakukan pembelaan terhadap Yesus di hadapan orang-orang Farisi yang menuduh Yesus sebagai penyesat. Secara hukum, pembelaan Nikodemus memiliki pendasarannya dalam hukum taurat. Untuk itu, penulis memperdalam tindakan Nikodemus dari perspektif moral. Menurut Kant, baik buruknya suatu tindakan tidak dinilai berdasarkan tujuan atau akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut, melainkan berdasarkan kewajiban moral tindakan itu sendiri. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif, penulis menyimpulkan bahwa tindakan Nikodemus memuat nilai-nilai moral sesuai pandangan moral Kant. Hal ini tergambar dalam beberapa hal yakni imperatif kategoris, maksim universal, dan tindakan demi kewajiban. Pertama, tindakan Nikodemus membela Yesus di hadapan ketidakadilan adalah sebuah imperatif kategoris karena tindakannya baik di dalam dirinya sendiri. Kedua, tindakan Nikodemus membela Yesus di hadapan ketidakadilan adalah sebuah maksim formal yang sekaligus dapat menjadi maksim universal. Ketiga, tindakan Nikodemus membela Yesus di hadapan ketidakadilan adalah sebuah tindakan yang datang dari dalam diri Nikodemus, tanpa dorongan tertentu dari luar dirinya. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa tindakan Nikodemus membela Yesus di hadapan ketidakadilan orang-orang Farisi merupakan sebuah tindakan moral.</p> Alfian Tanggang, Aventinus Darmawan Hadut, Arnoldus Yansen Kobo Copyright (c) 2024 31 Mei 2024 https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ https://ejournal.stte.ac.id/index.php/scripta/article/view/271 Fri, 31 May 2024 00:00:00 +0800